puisi

Perbedaan

jaLan muw bukan jalan ku
karena dunia muw bukan dunia kuw
            mungkin kesalahan terbesar yang paling bodoh
            karena telah mempercayai muw, mulut manis
            juga janji2 muw
kini apa yang kau beri
mana bukti-bukti dari semua itu
           tak usah kau bertingkah seolah kau tak bersalah 
           tak perlu kau berdusta lebih jauh lagi
           aku telah mengetahui semua tentang muw 
           pergilah kau, pergi dari diri ku tak usah lagi kau 
           hadir di sini
telah cukup kau tipu aku di masa lalu
semua itu takkan lagi terulang
aku takkan mau mengulang masa-masa bersamamu
          biarkan aku sendiri menghapus kau dari memori kuw..



Kepergianmu

Air matamu mengiris hatiku halus
kuusapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
nafasmu yang mengalir dalam nafasku

Kubelai rambutmu dengan kelembutan angin malam
terasa getaran menyatu diujung jari-jari
tak kuasa menahan gejolak kasih
limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi

Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
telah terpatri janji pada kedalaman nurani
akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
meski kekuatan malam hendak meraga


Kepada Seorang Ayah yang berbahagia
 

Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu

Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.

Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu 




 Nafas Malam

Malam-malam gigil, aku titipkan sisa nafas di tubuhmu…. memburu langit pada barisan gerimis. Hari berlari diatas rumput basah, enggan bersapa gelisah atau gundah…., kenanga kuning yang lirih, biar saja mereka saling benci… malam hanya siang tanpa matahari, tak perlu meranggas…. kupas saja bintang biar terang…. Lebah madu beradu rindu di ujung putik, cumbui aku yang [...]
Read Full Post »



 Malam Terakhir

Jika saat ini sampai, aku tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa. Kapankah kali terakhir kita menyusuri Kuta di senja hari, sama-sama memuji buih yang lembut. Bergulungan di pasir, lalu kita kehilangan butir senja yang redup, yang tersisa adalah kerlip bintang, debur ombak, dan dirimu disampingku. Dulu aku pernah membayangkan luluh di peluhmu seperti malam [...]
Read Full Post »



Terompet Akhir Tahun 

Saat sunyi datang Hati lirih Hari tak usai usia tak kembali   Selipkan nafas terompetmu, anakku Berikan aku hidup Karena sunyi menyakitkan Walau pilu adalah makna Nyalakan api obor, anakku Berikan aku warna Karena hitam menyesatkan Walau hitam adalah malam   Jalan ini terlalu kecil untuk kita, anakku Sunyi mendekat Riuh menjauh Sunyi mendekat Jiwapun [...]
Read Full Post »

Jejak Sajak 

Kata-katamu             menancap sekuat pelor memasung kedua mataku pada deret huruf tak bertuan Meraba makna Menembus cahaya tanpa jejak Tapi sajak   Biarkan peluru menembus jantung Ciptakan lobang menggaung tempat ribuan belatung mungil menari Gerakannya dinamis ritmis Seperti jejak dalam sajakmu   Kata-kata menjadi gaib Aksara menjadi mantra Riuh-riuh seketika senyap karena ruh pujangga menyapa [...]
Read Full Post »



Cinta Pada Nya

Cintamu hanya karena cinta pada Nya….
Cinta nan indah bersandarkan taqwa…
Cinta yg bentuk crystal lembut dihatimu..
Cinta yg memancar terangi crystal hatimu….
Cinta kepada-Nya adalah cinta sebenarnya.. ..
Cinta dalam ketentuan aqidah-Nya.. .
Cinta yg selalu bersenandung surga…
Cinta lembut penuh kasih sayang-Nya.. .
Semoga Cinta itu kita miliki sepenuh jiwa…
Jiwa yg tenang akan dzikir-Nya.. .
Cinta yg basah dengan lantunan lidah akan nama-Nya..
Cinta yg suci semulia akan kehadirat-Nya. ….



Puisi Ini Pernah untuk mu

alam ini memang berdendang
pernah kubilang
dalam sebuah puisi untukmu
dan hari-hari yang kuhitung
dengan sangat peduli
patuh pada angka yang juga
dengan rajin kau catat
dalam diary biru
seperti pernah kau telusuri
tubuh yang pasrah
berdesah
jalan inipun
akrab pada waktu
karib pada ruang
yang kau ciptakan dan kulipat
dengan santun dikatupan jari-jariku
menggamit doa
kita seakan menyambut belantara
menggapai hijaunya rimba
dan semak bukit
tapi jalan ini tetap saja
menyuarakan dendang
menggema
di dadamu
yang gemar menyimpan kisah
tempatku menyandarkan mimpi